Media Sosial Seringkali Membesar-besarkan Berita Yang Dibesar-besarkan Atau Menyesatkan Karena Beberapa Alasan Ini
Kalau kita melihat media sosial banyak berita dengan judul menarik yang membuat pembaca penasaran dan seakan-akan benar adanya, dengan cara menelan mentah-mentah tanpa mencari tau apakah berita itu akurat atau hoaxs. Banyak orang yang dengan cepat menyimpulkan dan memberikan komen negatif. Semua itu terjadi di banyak media sosial seperti Meta Facebook, X atau Twitter, TikTok atau media lainnya.
Bukan semua berita dengan judul yang menarik, meyakinkan itu adalah benar. Kadang orang membuat berita atau postingan karena punya kepentingan tertentu. Berita yang bermanfaat itulah yang kita cari bukan berita yang seolah-olah benar tapi menyesatkan. Berita yang tidak akurat, atau berita hoaxs walaupun menarik judulnya hal itu bisa menimbulkan gosip dan fitnah.
Kita hidup di dunia ini lebih baik mencari sesuatu yang berkah, rezeki yang berkah dan apabila orang melakukan yang sebaliknya pasti ada balasan di balik perbuatannya dan mereka sendiri yang akan menanggungnya. Jadi lebih baik fokus kepada diri-sendiri dengan pekerjaan dan perbuatan yang tidak merugikan orang lain, dan ketika kita diperlakukan tidak adil oleh orang lain baru kita bertindak. Selalu berfikir dengan nalar logika atau akal sehat, agar kita tidak tersesat.
Kembali kepada topik di entri ini tentang kenapa media sosial sering kali membesar-besarkan berita yang dibesar-besarkan atau menyesatkan karena beberapa alasan berikut ini:
Algoritme lebih mengutamakan keterlibatan: Platform media sosial sering kali memprioritaskan konten yang disukai, dibagikan, dan dikomentari. Sayangnya, berita yang sensasional atau dibesar-besarkan sering kali memicu reaksi yang lebih kuat, lebih menarik sehingga lebih mudah menyebar.
Kurangnya pengecekan fakta: Tidak seperti media berita tradisional, media sosial tidak memerlukan pengecekan fakta yang ketat sebelum konten diunggah. Hal ini memungkinkan misinformasi beredar dengan bebas.
Ruang gema: Algoritme menyesuaikan konten dengan preferensi pengguna, menciptakan "gelembung" tempat orang hanya melihat informasi yang sejalan dengan keyakinan mereka. Hal ini dapat memperkuat bias dan membuat berita yang dibesar-besarkan tampak lebih kredibel.
Daya tarik emosional: Berita politik, khususnya, sering kali memanfaatkan emosi seperti marah atau takut. Emosi ini mendorong orang untuk membagikan konten tanpa memverifikasi keakuratannya.
Fenomena global: Masalah ini tidak terbatas pada satu negara. Di seluruh dunia, media sosial telah digunakan untuk memanipulasi opini publik, memengaruhi pemilihan umum, dan menyebarkan propaganda.
Ini adalah masalah yang rumit, tetapi memahami dinamika ini adalah langkah pertama untuk menavigasi lanskap digital dengan lebih kritis. Cerdaslah bersosial media dan jangan mudah tertipu sebelum mengetahui tentang kebenarannya.
Post a Comment for "Media Sosial Seringkali Membesar-besarkan Berita Yang Dibesar-besarkan Atau Menyesatkan Karena Beberapa Alasan Ini"